Hubungan Musik Dan Sistem Pendengaran Serta Otak
Musik akan diproses di telinga mulai dari
reseptor gelombang suara hingga menjadi impuls atau rangsangan. Rangsangan ini
akan distimulusikan ke otak, dialirkan melalui saraf auditori yang berhubungan
dengan saraf otak VIII.
Menurut hasil penelitian Herry Chunagi (1996) dan
Siegel (1999) yang didasarkan atas teori neuronlogi, menjelaskan bahwa neuron atau
sel saraf akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan berupa
suara yang mengkoordinasi neuron yang terpisah menjadi bertautan dan bintegrasi
dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin
kompleks jalinan antarneuron itu.
Menurut hasil penelitian Roger Sperry (1960),
bagian otak terbagi atas otak kiri dan otak kanan dengan jalinan antarneuron
berperan dalam optimalitas kerja keseluruhannya serta sekaligus sebagai
penyeimbang kerja otak kanan dan kiri. Otak kanan dan otak kiri memiliki fungsi
yang berbeda. Otak kanan berfungsi mengatur tubuh bagian kiri dan sebaliknya
otak kiri berfungsi mengatur tubuh bagian kanan. Otak kanan dan kiri juga
memiliki fungsi khusus ,yaitu
otak kanan berfungsi sebagai pengatur dalam kemampuan intuitif, kemampuan
merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan
segala jenis kegiatan kreatif lainnya, sedangkan otak kiri berfungsi sebagai
pengatur dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis
dan membaca. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kanan merupakan pusat Emotional Quotient (EQ), Sedangkan otak kiri sebagai pusat Intelligence Quotient
Cara Musik Dalam Mengstimulus Kecerdasan
Otak
Menurut Siegel (1999) ahli perkembangan otak,
mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer otak kanan
dan kiri.
Efek atau suasana perasaan dan emosi baik
persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan
diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memiliki peran
besar dalam proses perkembangan emosi, yang juga mempengaruhi perkembangan sifat-sifat
manusia.
Proses mendengar musik merupakan salah satu
bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman emosional. Untuk dapat
merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna dari interaksi dengan
lingkungan, dapat dirangsang dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik
sejak masa prenatal.
Musik digambarkan sebagai salah satu “bentuk
murni” ekspresi emosi. Musik mengandung berbagai contour, spacing, variasi
intensitas dan modulasi bunyi yang luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi
manusia.
Gallahue (1998) mengatakan,
kemampuan-kemampuan otak dapat dioptimalkan dengan memperdengarkan musik
klasik. Rithme, melodi dan harmoni dari musik klasik dapat mengstimulasi
kemampuan belajar menjadi optimal. Melalui musik klasik seseorang mudah
menangkap hubungan realistik antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang
merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir,
matematika dan penyelesaian masalah.
By : Aditia Ananda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar